Thursday, November 22, 2007

My favorite Christmas Song

Natal hampir tiba, semangatnya mulai terasa di banyak tempat, khususnya di pusat-pusat perbelanjaan. Kemaren aku dan temanku jalan ke Centro, poster, spanduk yang bertuliskan “I Love Christmas” ada di mana-mana. Cowo bule ganteng, mengenakan jas yang sangat pas menutupi badannya. Senyumnya membuat hati semua perempuan (ah, sebagian besar mungkin, karena saya tidak. Mungkin karena saya merasa dia tidak tersenyum untuk saya?) meleleh. Poster lain, perempuan dengan gaun tali spaggeti warna ijo dengan semacam obi (? maaf saya sangat tidak mengerti banyak istilah dalam mode) bisa membuat hati semua cowo mengatakan kan kubeli semua isi Centro untuk menyenangkanmu, Sayang.

I love Christmas. Menarik untuk dibahas. Which Christmas do you love, dude? Which one? The real Christmas or... the one that we've been creating for centuries?


Menuliskan ini, membuat sakit hatiku. Mungkin karena aku sedang membaca buku perjalanan Nawal El Saadawi? Dia menceritakan kemiskinan di negara-negara yang dia datangi, mulai dari Mesir, Iran sampai ke India. Saya masih belum menemukan jawaban kenapa dia tidak menulis perjalanannya ke Indonesia, padahal dia pernah datang. Intinya dia menceritakan, di belahan dunia manapun ada kemiskinan dan orang-orang kaya yang menghisap dari orang miskin, entah mereka penguasa, pengusaha, atau alim ulama.


Kembali lagi, mungkin ini yang bikin aku gregetan ketika melihat poster baju bagus, lagu-lagu yang diputar, misteltoe (ingat semua cerita romantis, berciuman di bawah misteltoe?), patung sinterklas dan raindeernya, frosty the snowman dan banyak pernak-pernik natal lainnya.


Tunggu dulu, bukannya Natal itu berarti memperingati hari lahirnya Yesus Kristus, sang Juruslamat? Kalo ga salah ingat, aku sangat rajin sekolah minggu, dan tiap menjelang Natal, guru sekolah mingguku selalu cerita Dia dibaringkan di palungan (manger). Perdebatan seputar kandang masih rame, karena banyak ahli bilang, tidak ada ayat Alkitab yang menyebutkan Dia dilahirkan di kandang domba (CMIIW). Ayat hanya menyebutkan dia dibaringkan di palungan.


Ingat miniatur yang selalu mengiringi Natal di tahun 80-an? Kandang domba, domba dan palungan, lalu 3 orang majus (padahal di Alkitab ga pernah bilang 3, cuma bilang persembahannya yang 3), para gembala berikut dombanya.


Aniwei, Yesus dilahirkan bukan di tempat yang mewah, buktinya dia dibaringkan di palungan. Lalu, lihatlah, orang pertama yang diberitaka tentang kelahirannya adalah para gembala. Gambaran miskin, keras kepala, tolol dan banyak stereotipe miring lainnya. Tapi mereka yang dapat sukacita Natal pertama.


Orang majus? Yang kaya dan pintar itu? Mereka mengikuti petunjuk bintang. Sampai beberapa tahun kemudian, lihatlah, Alkitab menyebutkan anak, bukan lagi bayi ketika mereka bertemu. Ingat bahwa Herodes membunuh semua anak dibawah 2 tahun supaya Yesus bisa terbunuh? Jadi... mereka sampai beberapa tahun kemudian.


Saya ngelantur. Intinya adalah, sukacita Natal pertama dialami para kaum gembala. Kenapa bukan orang-orang penginapan di sekitar situ ya?


That's the real Christmas, buddy! Kesederhanaan. Seperti lagu Natal favoritku (ah, akhirnya!) Away in the Manger. Semua Kristen pasti pernah dengar lagu ini. Manis menurutku. Mengingatkanku pada ulangtahun siapa yang aku rayakan.


Away in the manger, no crib for a bed, the little Lord Jesus laid down His sweet head;
the stars in the sky looked down where He lay, the little Lord Jesus, asleep on the hay.


The cattle are lowing, the Baby awakes, but little Lord Jesus, no crying He makes;

I love Thee, Lord Jesus! Look down from the sky, and stay by my cradle till morning is nigh


Be near me, Lord Jesus, I asked Thee to stay close by me forever, and love me, I pray;
bless all the dear children in Thy tender care, and fits us for heaven, to live with Thee there.


Tidak ada yang tahu siapa penulis lagu ini. Awalnya diberi judul 'Luther's Cradle Hymn” karena orang berfikir lagu ini ditulis oleh Martin Luther untuk anaknya sendiri dan disebarkan oleh seorang ibu Jerman. Namun penelitian membuktikan hal itu tidak benar (Amazing Grace, Kenneth Osbeck, Kregel Pubilication, 2002).


Tetap saja ini lagu yang manis menurut saya. Saya suka mengulangnya berkali-kali, mengingat bahwa Dia, yang ulang tahunnya saya rayakan, tadinya lahir di tempat yang sama sekali tidak layak, untuk seseorang yang kemudian karena keimanan saya, saya panggil Rajaku.


Lalu, ajaran manakah yang saya gunakan ketika saya merayakan hari lahirnya dengan semua kemewahan? Makan malam dengan baju baru, setiap tahun, beli ini dan itu. Rasa-rasanya sinterklas jauh lebih populer di hari Natal dibandingkan Yesus sendiri. Ketika kita kecil, kita selalu berharap kehadiran Sinterklas untuk memberikan semua hadiah yang kita harapkan. Ketololan waktu kecil, aku selalu menyediakan kaus kaki di depan pintu rumah, berharap Santa meninggalkan hadiah Natal buatku. Dongeng anak kecil


Mitos Natal untuk orang dewasa? Siapa bilang ga ada? Misteltoe, man! Berciuman di bawah misteltoe? Belum pernah dengar? Ah, berarti kamu ga pernah nonton film-film Natal. Kurang banyak. Masa lupa dengan semua boneka saljut, krans Natal, misteltoe, perapian, sofa hangat, eggnog dan santa. Dongeng barat!


Betapa Natal sudah kehilangan semangatnya. Semangat memuji Dia, bersyukur untuk kehadirannya. Semangat melihat ke 'bawah', seperti Kristus melihat kita yang hina, kenapa kita tidak membagikan apa yang kita punya kepada mereka yang di 'bawah' kita? Dan ketika melakukannya, we really mean it? Bukan karena latah dengan ulah para artis?


Semangat yang hanya 2 minggu terakhir di tiap akhir tahun, kita gunakan untuk belanja, memuaskan semua keinginan kita. Makan semua yang kita mau makan. Tertawa di sana sini dengan semua yang sederajat dengan kita. Mereka yang di 'bawah', para 'gembala' tidak menerima sukacita itu. Mereka tetap di tempatnya, memandang kita penuh tanya, apa yang membuat kita bahagia setiap akhir tahun, sekitar tanggal 20-an? Mereka tidak tahu.


Ya, apa sebenarnya yang membuat kita bahagia? Kalau memang kelahirann-Nya yang membuat kita bahagia, kenapa kita merayakannya dengan membiarkan Dia di pojok sana dan justru lebih memperhatikan Santa dan mistletoe?


Kita menghianati Natal. Kita menghianati-Nya.


Maaf Tuhan Yesus... sampai sekarang ternyata Kau masih di palungan. Dan sendirian.


Away in the manger, no crib for a bed, the little Lord Jesus laid down His sweet head;

Friday, November 09, 2007

Serial Yogya-Pantai Gunung Kidul


Fuuuuiiiiih!! Pantainya luar biasa cantiiiiiiiik.... Gunung Kidul loh ya, bukan Parangtritis yang pantainya item dan kotor. Hiiii...

Memandangi bintang di malam hari, ditemani semilir angin dan hangatnya api unggun. Plus permainan tebak kata atau apapunlah bersama teman-teman, belum lagi ikan goreng yang luar biasa segar dan sambel yang nendang banget.

Man!! I love Yogya!!

Serial Yogya-Teman-temanku!!


Ga bisa kubayangkan apa yang akan terjadi bila ga ada temen-temen segila ini, seheboh ini, seasik ini dan senarsis ini di kantor Jogja. Merekalah yang membuat aku semangat ke kantor ketika membayangkan bos yang ga asik (ups!) atau program yang susah atau laporan yang ga kelar-kelar (lha, itu mah salah sendiri).

Teman seperti mereka, yang sangat-sangat unik. Beberapa dari mereka bisa kalian temui di www.berawaldijogja.blogspot.com dengan cerita yang asik punya. Ada yang sangat drama queen, artinya, semua bisa dibesar-besarkan. Ada yang sangat badut, selalu bisa melihat sisi lucu dari suatu kejadian. Ada juga yang sangat diplomatis, kebalikan dari drama queeen itu, dia selalu menceritakan semuanya dengan datar, ga peduli dia mau cerita kebakaran, tabrakan, atau cerita seru lainnya.

Trus ada juga yang sangat pendiam, suka ngomong muter-muter. Cuma mau bilang dia sayang sama seseorang, bisa nulis blog berlembar-lembar, yang hasilnya, tidak satupun memahami apa yang dia tulis, wkekekekee.

Fuuuiiiih... menyenangkan rasanya dengan semua persahabatan yang ada. Well, walaupun temen kantor jadi temen maen, ga papa de... itu artinya mereka emang menyenangkan kan? Temen kantor juga seru banget, bisa bayangkan kita pernah bikin kegiatan 17-an dengan acara lomba dandan, yang didandani itu cewe-cewe oleh cowo-cowo yang bahkan ga bisa membedakan mana eyeshadow yang mana blush on.

Ketika nanti aku meninggalkan Jogja, satu yang ga bakal bisa hilang... teman-teman. Karena mereka akan kubawa ke manapun... secara kiasan.

Serial Yogya-Angkringan

Hal pertama yang aku suka tentang Jogja adalah, banyak banget angkringan yang enak. Aku paling suka teh jahe... apalagi kalo lagi dingin atau bete... enak banget.

Angkringan pertama yang aku datangin, tentu saja yang dekat kostku di Gejayan. Biasa aja. Kali kedua, temenku yang dulu tinggal di Jogja and udah pindah ke Jakarta membawaku ke Angkringan di depan BCA dekat stasiun tugu, aku langsung jatuh cinta sama teh jahenya. Dia bilang itu belum seberapa. Hah??

Angkringan berikutnya adalah angkringan di dekat stasiun tugu. OMG, tehnya enak banget. Suasananya juga nyaman dan adem. Ga ada tuh kendaraan yang lewat ngebut di depan trotoar tempat kita nongkrong. Gorengan dan nasi kucingnya juga nyummy. Aku sampe bolak balik ke sini. Salah satu tempat favorit kita.

Ah, iya, ada lagi yang enak. Angkringan Pakualaman. Di lapangan depan museum Pakualaman situ d. Makan indomie rebus plus teh jahe, enak banget. Pernah pengen nangis waktu makan nasi kucing pake terinya. Sumpah mati pedes banget kekekeke.

Yang mana lagi ya? Oh iya, ini yang paling enak teh jahenya. Angkringan Lek Min di Bugisan. Teh jahenya enaaaaak banget. Luar biasa. Cuma jauh banget tempatnya. Baru dua kali ke sana, itu juga karena temenku yang dari Jakarta itu datang, jadi berani keluar malam dengan motor. Enak banget. Nasi apa tuh, brongkos? Nah... itu juga enak banget. Enak banget, enak banget. Ada yang mau ngajak aku ke sana?

Thursday, September 27, 2007

Meet Butet Manurung

Tau Butet Manurung kan? Perempuan yang keluar masuk hutan demi untuk mengajar suku-suku pedalaman yang berfikir bahwa pendidikan bisa membuat mereka menjadi meninggalkan budaya mereka. Menjadi orang lain. Si Butet ini, membuktikan kalau pendidikan akan membuat mereka lebih baik. Dan pendidikan tidak harus didapatkan dari sekolah formal, yang sudah terbukti menghasilkan orang-orang yang menjadi 'penghapal' bukan 'pelaku' ilmu.

Dia mengeluarkan bukunya pertengahan tahun yang lalu. Isinya sederhana, tentang pengalamannya selama keluar masuk hutan dalam bentuk buku harian. Tapi maknanya, terasa amat sangat dalam.

Buatku, yang terbiasa hidup enak, dilahirkan dalam keluarga yang sangat mengerti pendidikan, aku pribadi merasa pendidikan itu penting, dan sepanjang pengalamanku, aku tidak menemukan kesulitan belajar. Well, nilai jelek, lebih karena aku malas mengulang pelajaran yang aku terima, bukan karena daya tangkapku yang lemah.
Temenku, yang kebetulan kenal Kak Butet ini, mengajak kami ketemuan sama dia, semalam. Ketemuan Butet Manurung!! Dia memang ga seterkenal Jerry Yan, mungkin juga ga secantik Miss Universe, tapi... kekuatannya, kesederhanaannya, pemikirannya dan juga hal-hal yang dia lakukan, membuatku berfikir banyak semalam.

Orang terkenal, baik itu artis, politikus ataupun orang lain yang terkenal di bidangnya, biasanya sangat-sangat tau kalau dia menjadi pusat perhatian. Sangat-sangat berusaha masuk dalam kelompok di mana dia diundang.

Beda dengan Butet. Jauh sebelum dia mengatakannya, atau menguap ngantuk, aku dan temenku bisa merasakan kalau dia sedang tidak menikmati pembicaraan itu. Dan ketika akhirnya dia berkomentar, "Wah, saya tidak begitu memperhatikan masalah politis seperti itu Pak. Yang saya pikirkan bagaimana program ini bisa berjalan," aku dan Dian, temenku sepakat kalau dia sangat-sangat praktikal dan juga fokus. Dia tidak mau dipusingkan dengan hal-hal yang politis tapi tetap berpandangan pada tujuan yang dia mau capai.

Apa sebenarnya yang aku lakukan untuk hidup? Selain buat orang-orang yang aku sayang, untuk siapa sebenarnya aku hidup? Apa yang bisa aku lakukan untuk mengubah lingkungan sekitarku? Yang sebenarnya bisa lebih baik lagi?

"Untuk Evi, Kita sudah memilih suka dan duka kita sebelum kita mengalaminya. Jadi, kejarlah impianmu," tulisnya di buku Sokola Rimba yang kubeli beberapa minggu yang lalu.

Butet... membuatku berfikir tentang masa depanku lebih fokus lagi. Beberapa kata-katanya membuatku teringat pada kata-kata sang api minggu lalu. "Perubahan apa yang bisa kamu lakukan untuk dirimu dan orang lain kalau kamu hanya memberikan waktu satu tahun?"

Setidak-tidaknya dua orang itu membuatku berfikir panjang malam itu. Aku mungkin akan memperpanjang kontrakku di sini. Untuk perubahan yang aku inginkan, untuk diriku, untuk orang lain. Dan itu adalah mimpiku.

Api dan Butet... makasih banyak ya!

Tuesday, September 25, 2007

Another Romantic Story!!

Ulang tahun dirayakan dengan candle light dinner dengan orang yang disayang? Basi! Coklat dan mawar? Apalagi! Menyanyikan lagu romantis di bawah jendela sang pujaan? Katrok! Membawanya ke pantai lalu di bawah cahaya bintang membisikkan kata-kata sayang? Aaarrggh, everybody can do it! Itu semua romantis ala hollywood.

Berapa banyak orang yang mengalami kisah yang pernah saya ceritakan sebelumnya tentang romantis yang realistis, unik tapi juga sangat membekas? Kakek-nenek di warung tongseng, sepasang pemuda di sepeda ontel, coklat superman dan jambu klutuk?

Kemaren pagi, temen saya Tita mendapatkan hadiah yang amat sangat romantis. Buat kamu yang lahir sebelum tahun 90-an, pasti kenal sama yang namanya permen cicak, permen rokok, permen davos, permen payung, balon yang ditiup trus bisa di-cetak-cetokin, katapel plus permen karet yang rasa pepermint, yang putih kotak2 itu. Ah, ada lagi... kapal otok-otok yang bisa kamu isi dengan minyak tanah lalu ooottttooook ooootttooook ooootttooook dia akan berjalan di air. Keren banget kan? Itu kan semua kita lakukan, amat sangat akrab sama kita waktu kita masih kecil.

Bisa kamu bayangkan ketika kamu ulang tahun, semua benda itu nongol di kantormu? mengingatkanmu pada manisnya masa kecil? Membuatmu merasakan kembalinya manisnya persahabatan? Serunya kenakalan-kenakalan seperti mencuri buah-buahan tetangga, menangkap ikan di selokan kotor di dekat rumah? Mengingatkanmu kalo kamu punya temen masa kecil yang sampai sekarang masih care sama kamu?

Ah... isn't it romantic?

It is! Cowo itu memberikan kisah yang pasti tidak mungkin dilupakan. Di hari ulang tahun, membuat kita teringat masa kecil, tapi juga bersyukur masa kini untuk semua yang sudah kita alami.


Romantis... tidak harus berarti bunga, makan malam, cahaya bintang, deburan ombak, pun bisikan lembut. Tapi juga, mereka yang membuat kita merasa, betapa berartinya kita.
Bener kan? Tidak salah kalau aku bilang aku menyukai kisah romantis!

Tuesday, September 11, 2007

Kisah Romantis di Sekitar Kita

Aku menyukai, sangat sangat suka kisah cinta yang romantis. Aku selalu suka cerita Cinderella, Putri Tidur ataupun Romeo and Juliet. Tapi aku juga sadar kalo kisah kaya gitu ga eksis di dunia nyata tempat aku tinggal, jadi aku menurunkan standard, kisah romantis yang ada di dunia nyata.

Sabtu lalu, aku dan temenku makan di Warung Tongseng Ayam di Bantul. Buat yang suka makan, tempat ini, luar biasa enak tongseng ayam kampungnya, ada di selatan pasar bantul. Enak. Waktu makan siang, duduk di hadapan kami sepasang bapak ibu yang tua, kakek nenek tepatnya. Sepertinya tadi mereka datang dengan sepeda ontel tua yang sekarang berdiri di belakang mereka. Duduk bersebelahan, tidak cukup dekat, tapi terasa akrab. Makan dalam diam, menyendokkan setiap suapan dengan perlahan. Tanpa suara, tapi terasa hangat, sehangat kuah tongseng. Aku ga tahan. Kami mentraktir mereka diam-diam. Dari mobil, aku masih sempat melihat pedagang itu menggeleng-geleng, sepertinya mengatakan mereka ga perlu bayar.

Bukankah itu juga romantis...?

Ada banyak kisah romantis di sekitar kita. Tidak perlu ala cinderella, atau ala sinetron ataupun drama hollywood. Aku masih merasakan senyum yang masih menggantung bila mengingat temen sekamarku, kakak kelasku di Bogor, yang akhirnya menikah dengan kakak kelasnya, yang sudah 3 kali dia tolak. Yang mereka secara tidak sengaja, dipertemukan adik kelasku, kembali di kota mereka. Manis sekali.

Kemaren, pulang kantor, dari bis, aku melihat seorang pemuda membonceng cewe di sepedanya. Sepeda ontel. Di tengah-tengah seliweran mobil dan motor, mereka malah tertawa senang di atas sepeda tuanya. Si cewe meninting sepatu yang dia buka, dia nyeker di atas sepeda. Bercanda dan berbicara ramai di atas sepeda waktu lampu merah. Ah... cinta bisa membuat sepeda ontel serasa harley davidson. Si cowo serasa jalan di atas awan ketika mengayuh sepedanya. Rasanya menghangatkan hatiku yang kedinginan sore itu.

Aku jadi ingat, ada banyak kisah romantis lain di sekitarku, pun yang pernah kualami. Saat ini, aku mau mencoba mengingat dan mensyukuri hal manis yang pernah aku alami. Aku masih ingat, suatu waktu dulu, ketika aku pengen sekali makan jambu klutuk yang ga ada di sana. Dia bilang, "Nanti aku bawa dari rumah." Waktu dia kembali, dia membawakan, tidak satu biji, tidak sekilo, tapi sekardus penuh jambu klutuk!! Melewati lautan, memakan waktu belasan jam untuk terbang, hanya untuk jambu klutuk. Menyanyikan lagu nina bobo lewat telp ketika jam 3 pagi, aku masih juga tidak bisa tidur karena inso-ku yang parah. Dia bahkan tidak marah kubangunkan jam segitu. Membiarkan badannya remuk redam di bis menuju Medan, hanya supaya aku yang sedang demam dan muntah-muntah bisa tidur nyaman di kursi bis.

Ah... ada banyak kisah romantis di sekitar kita. Banyak sekali. Yang kita alami atau orang-orang terdekat kita. Aku masih mengingat temenku yang bercerita, orang yang sayang sama dia pernah mencarikan coklat superman (yang ngetop di tahun 80-an) sampe ke pedalaman.

Kisah-kisah itu sangat menyenangkan, menguatkan dan juga membuatku percaya kalau cinta itu masih ada, selalu ada... akan tetap ada.

Percayalah!

Wednesday, September 05, 2007

Sayap-Sayap Patah

Dears,

Sorry to say that this post has been moved to my private blog. Maap.

Tuesday, July 10, 2007

Kotak-kotak di sekitar kita

Once upon a time... hehehe, bukan, tahun lalu aku berlibur ke Toraja. Di salah satu gua yang dijadikan makam, ada kisah romantis kaya Romeo and Juliet. Konon katanya cinta mereka tidak direstui orangtua karena mereka berasal dari kelas sosial yang berbeda. Aku sendiri lupa, apakah mereka mati minum racun, atau sakit, yang pasti mereka dimakamkan di tempat yang sama.

Waktu itu dia ingin sekali kami foto bareng di tempat itu. Di depan sisa-sisa rangka dua sejoli itu. Mungkin dia tersentuh dengan cerita guidenya.


Siapa yang pernah menduga kalo akhirnya kami mengalami kasus yang sama? Atau mungkin waktu itu dia sudah menduga kalau suku menjadi masalah?

Malam-malam belakangan ini, ketika kuhabiskan semua stok air mata yang aku punya, aku mengingat kembali cerita pendek yang pernah kutulis waktu aku kuliah. Aku menceritakan dua orang yang akhirnya berpisah karena perbedaan-perbedaan mereka. Aku ga pernah menyangka kalau itu akhirnya akan aku alami sekarang. Aneh rasanya. Mengarang kan tidak sama dengan meramal. Kalau tahu begitu, semua cerpen yang pernah kukarang akan kubuat happy ending.

Hari ini aku belajar, cinta saja tidak cukup. Setidaknya di Indonesia. Di mana terlalu banyak kotak. Lihatlah temanku yang menunggu sekian tahun untuk mengatakan "I do" hanya karena agama, lihatlah temanku yang sampai kini masih terkatung-katung hanya karena marga-nya tidak seperti yang diharapkan calon mertuanya. Lihatlah romeo and juliet yang kuceritakan di atas, karena kelas sosial.

Semua saling mencintai. Tapi terhenti di tengah jalan.

Menyebalkan sekali kata-kata 'jodoh tidak akan ke mana'. Mungkin benar. Jodoh tidak akan ke mana. Tapi... keluarga-keluarga kedua atau salah satu pihak menghambat proses indah yang sudah dimulai. Sadarkah mereka kalau yang menjalani adalah anak-anak mereka? Sadarkah mereka, semua kotak yang mereka buat hanyalah ego mereka, harga diri mereka yang terlalu tinggi, mengganggap dirinya, golongannya jauh lebih baik dari orang lain? Superior?

Dan aku tidak pernah bermimpi kalau aku akan bermain dalam peranan kotak-kotak ini.

Cinta memang tidak harus memiliki, kata-kata klise yang aku benci. Tapi itu benar. Hanya... kenapa ada orang-orang yang tega membuat itu terjadi sih? Kenapa orang-orang mau berperan menghalangi mimpi-mimpi orang lain? Bukankah membuat orang bahagia itu amal?

Kotak-kotak itu menghalangi pandangan mata. Membuat orang tidak bisa melihat pemandangan indah di depan mereka.

Seandainya mereka menyadarinya...

Friday, June 29, 2007

Kupang, kedua kalinya

Pertama kali aku ke Kupang, waktu mau ke Alor, transit di sana. Alor sendiri menyimpan kenangan manis yang bisa membuatku tersenyum sendiri. Kayanya aku punya kebiasaan jelek: sering jatuh cinta sama seseorang, dan biasanya di pulau-pulau kecil wakaka. Aku menghasilkan berjudul-judul cerpen dengan karakter cowo yang aku temui di sana. Dan salah satunya... satu yang manis cerita yang paling aku suka, dengan latar belakang Alor. Aku sangat produktif kalo lagi jatuh cinta atau patah hati. Ha!

Kali kedua... mmm, kali ini sepertinya seseorang yang malah jatuh cinta sama aku wakaka... Aku sendiri menyukai pantainya yang luas dan persahabatan yang hangat di sana.
Menghabiskan sore di pantai, memandang matahari yang akan terbenam... rasanya tenang banget yak...?

Kupang... aku akan selalu ingat dengan se'i-nya yang harum dan selalu enak. Kupang dan kebiasaan tidur siang mereka. Panasnya. Karang-karangnya. Kupang...dengan semua mutiara, tenun dan sasandonya. Kupang... sampe sekarang Bapakmu masih penasaran kenapa aku ga berhasil membawa benih cendana. Dia ga mau kalau hanya menerima kipas atau bolpen atau souvenir lain dari cendana. Harus cendana itu sendiri hehe.

Nias, kedua kalinya

Kali pertama ke Nias, beberapa hari setelah tsunami. Assessment ke wilayah korban tsunami dengan 'dia', si mata sipit yang selalu tenang meski aku panik. Mobil yang dah dipesan tiba-tiba membatalkan, kamar hotel yang banyak nyamuk, air yang butek... semua terasa begitu wajar karena ketenangannya.

Aku jatuh cinta dalam 3 hari 2 malam hahaha. Dia juga. Menjadi menyedihkan karena kita ga bisa bersama (najis banget kata-katanya!). Well, setidaknya negaranya menjalankan program jangka panjang di wilayah yang kita assess bersama.

Kali kedua, ketika gempa di Nias, 3 bulan setelah tsunami. Kali ini dampaknya jauh lebih besar dibanding tsunami. Sengaja dia nelp ketika tahu aku akan ke sana untuk assessment dan distribusi bantuan. Kangen katanya (ha-ha), juga jadi ingat kejadian-kejadian seru waktu assessment bersama. Minta difoto tempat-tempat dulu kami kunjungi waktu tsunami.

Jadi... inilah dia, tempat untuk diskusi, menginap dan membahas masalah tsunami bersamanya yang waktu itu akhirnya tinggal puing-puing.
Kali kedua, rasanya ga seasik kali pertama. Pertama, karena tentu saja ga ada 'dia'. Kedua, karena aku hanya mempersiapkan diri (baca: baju) untuk 3 hari seperti yang dijanjikan. Ternyata jadinya 3 minggu. Ah... jadi bete. Untungnya pemandangan di belakang kantor selalu asik kalo pagi hari... seperti ini:
Foto ini diambil Oom Novin, dia selalu ngotot untuk menyebutkan namanya kalo foto ini di-upload hehe. Kalau yang ini, aku foto sendiri kok, ini belakang kantor kalo lagi sore...

Tuesday, June 26, 2007

My Hometown

Tita dan Dian,

Kukirimkan beberapa gambar tempat yang selama ini aku banggakan. Tanah Karo Simalem, kata orang-orang disekitarku, atau terjemahan bebasnya Tanah Karo yang Membawa ketenangan (serius neh). Tempat yang kalian lihat ini, satu jam dari rumahku, namanya Tongging. Jalan menuju ke sana, ga terlalu bagus, tapi terbayar begitu melihat semuanya. Apalagi kalo cuacanya ceraaah...


Maaf, aku ga bisa melepaskan diri dari ke-narsis-anku hehehe.... Ok de, ini aku upload yang ga ada aku-nya hehehe...

Mau berkunjung?

Makan dan Nongkrong

Asiknya punya temen yang punya kesukaan yang sama. Makan!

Banyak tempat makan enak di Jogja. Salah satunya pecel solo. Makanannya sangat variatif, enak, ga terlalu mahal, jadi ga nyesel makan di sana. Bangunannya juga adeeem banget, bikin kita betah and mesan lebih banyak hihihi. Aku paling suka sama bebek prestonya, tapi garang asemnya juga nyam-nyam kok... ada lagi steak ala Jawa hihihi. Minum wedang jahe... nyummiii. Suasana Jawa-nya kental banget d (sejak kapan sih aku suka sama budaya Jawa? hehehe, tapi bener kok). Asik, tenang... and ketemu muka sama banyak orang terkenal (itu mah ga penting yak?)

Tempat nongkrong kita yang lain itu, teh poci pakualaman. Bisa makan cemilan sampe goblok d. Mula-mula makan ketan panggang, trus sambung dengan ngemil telur puyuh (telur puyuh kok jadi cemilan), bergelas-gelas teh jahe dan sekian banyak gorengan. Ah... no wonder badanku melar kaya balon kekekek.

Bersama temen-temen kantor, banyak tempat makan yang ternyata ga mahal luar biasa enaknya. Oh iya, kita punya satu lagi tempat nongkrong, Kedai Kopi di Gejayan. Ga ada fotonya neh, Dian or Tita punya ga?

Thursday, June 21, 2007

Ada Apa dengan Marauke?

Marauke...

Setiap kali temenku mengajakku bekerja di sana, aku selalu bilang, "Aku membutuhkan motivasi yang sangat kuat untuk bekerja di sana." Karena tempat itu pasti keras sekali... penuh tantangan...

Tapi pagi ini, aku berfikir serius untuk bekerja di sana...

Bekerja di medan yang berat, pasti akan membuatku tidak egois. Mungkin aku tidak akan menjadi cewe melakolis seperti sekarang. Mungkin aku bisa jadi perempuan tough... Yang selalu ada untuk orang lain. Mungkin aku bisa melihat bahwa apa yang aku alami sekarang ini belum seberapa yang dialami orang2 di sana.

Masalah kurang makan, kurang sarana pendidikan, hiburan, informasi dan banyak yang lainnya, pastilah tidak sebanding dengan masalah kecil yang aku alami. Masalah kecil yang membuatku mengasihani diri sendiri. Ga sebanding... ga pantes...

Marauke...

Dunia yang jauh di ujung sana... mungkin bisa menghilangkan rasa mengasihani diri yang kualami sekarang. Mungkin. Kenapa ga Afrika sekalian ya? Yaaah, karena kalo ke Afrika aku harus jadi expart! Lagian kalo di Marauke kan aku akan bisa berbangga diri menyanyikan lagi Dari Sabang sampai Merauke sambil bilang, aku udah pernah ke sana... Ke Sabang dan ke Marauke...

So... Ada yang mau nawarin aku kerja di sana? Di Marauke?

Friday, June 15, 2007

Dare to be different Day...!

Semalam aku tidur sampe jam 12 malam dan kupikir hal ini patut dicatat dalam buku harian setiap cewe yang ada di kantorku hari ini. Tidur malam karena harus mempersiapkan penampilan untuk acara 'Dare to be Different Day'.

Orang yang mengusulkan acara itu emang seharusnya dibunuh. Aku seharusnya dibunuh. Karena bikin semua orang ga nyaman... well, at least bikin semua orang kurang tidur and pusing mau penampilan apa hari ini.

Lihatlah suasan di kantor. Tita yang biasanya tomboy abis, hari ini dandan ala staff HSBC. Atau si culun Dian yang berdandan hari ini seperti perempuan dewasa yang manis dan lembut. Aku?? Hahaha... akhirnya rambut yang dilarang dipotong itu aku babat juga. Sebagai titik balik dari perasaan yang selama ini ga jelas.

Jadi, hari ini... seperti di majalah-majalah perempuan... kami seperti tampilan before and after... Check this out!!














Bisa liat kan betapa bedanya orang ketika mau berepot-repot membiarkan kamarnya ibarat kapal pecah untuk menjadikan dandanan mereka hari itu lebih beda... hahaha



Wednesday, June 13, 2007

Toraja, Antara Pahit dan Bahagia

Ada yang bilang kalo Toraja-Dayak-Batak berasal dari rumpun yang sama. Mungkin karena punya latar belakang budaya yang hampir-hampir sama.

Toraja...
kenapa setiap kali mengingatnya membuat ada sesuatu yang berdarah dalam hatiku? Harusnya kan ga terlalu sakit ya? Tapi emang sih, masih sedikit sakit.

Kesempatan bagus rasanya ketika bisa mengunjungi kabupaten yang kaya dengan budaya ini. Terutama upacara kematian yang sangat unik. Cara pemakaman mereka, termasuk makam itu sendiri.

Berpuluh-puluh ekor kerbau akan disembelih untuk upacara pemakaman itu. Sebelum disembelih, kerbau-kerbau itu biasanya diadu dulu. Trus, kerbau-kerbau yang berasal dari keluarga, kerabat dan teman itu akan diperhitungkan sebagai 'utang' budi yang akan dibalas di kemudian hari. Kerbau sendiri macam-macam, mulai dari yang kecil, kurus, ndut, sampe yang sedikit albino. Kata temenku, bukan albino beneran, tapi yang belang. Tedong bonga kalo ga salah istilahnya.

Ada gua tempat orang-orang yang sudah meninggal dimakamkan. Di sana, di salah satu gua itu, ada pasangan yang diletakkan berdampingan. Konon katanya kisah mereka seperti Romeo and Juliet.

Ah, kalau saja boleh memilih, aku ga mau kisah Romeo and Juliet. Terlalu sedih. Terlalu bohong. Lagian, bunuh diri kan ga diijinkan hehehe.

Toraja...
Kabupaten di puncak pegunungan, 8 jam perjalanan dari Makassar, ibukota Sulawesi Selatan. Seandainya aku tidak terlalu malu untuk membagikan betapa aku merindukan 'sesuatu' terjadi di sana... Andai dia tahu... Kalaupun dia tahu, akankah dia mengerti? Kalaupun dia mengerti, akankah dia bertindak?

Seandainya aku bisa melakukan lebih...

Tuesday, June 12, 2007

Bumi Serambi Mekkah

Kota Banda Aceh, kota yang sangat unik dengan Syariah Islam-nya. Salah satu bangunan yang sangat aku kagumi adalah Masjid Raya-nya. Terutama di sore hari. Berdiri megah di balik semburat jingga mentari senja... dengan halamannya yang luas... pohon-pohon di kiri kanan membuat bangunan itu menjadi pusat perhatian.


Kekaguman ini juga yang membuatku ingin masuk ke dalamnya. Maka, Kawan, jangan heran kalo akhirnya aku menggunakan jilbab, sehingga bisa nyaman masuk ke dalam salah satu bangunan bersejarah ini. Dan isi di dalamnya juga sama bagusnya dengan bagunan luar itu.

Hebat!!

Aceh, Tiga Bulan Pasca Tsunami


Aku memang bukan fotografer profesional. Kalo saja diranking, mungkin aku berada di urutan terbawah. Tapi blog temennya temenku itu mengingatkan aku untuk mengabadikan tempat-tempat yang aku kunjungi.

Menginjakkan kaki di bumi serambi mekah di bulan Maret 2005 membuatku terhenyak. Setelah 3 bulan, sisa-sisa keganasan itu masih saja terlihat. Kapal PLTD yang ga mungkin ditarik lagi ke darat. Terlalu berat. Terlalu besar.

Aku benci mengingat aku ga punya banyak foto yang bercerita tentang keadaan di sana. Kenapa malah banyak foto2 narsis? Haha hihi dengan temen2 sih?

Lhok Nga, Aceh Besar

Kuawali blog ini dengan menceritakan tentang pantai Lhok Nga, Aceh Besar, NAD.

Lhok Nga adalah salah satu dari banyak pantai indah di Aceh. Pasirnya putih dan ombaknya disukai banyak peselancar (meski aku ga pernah berani surfing). Air di pantai ini juga bikin beberapa bule NGO menghilang karena ombaknya yang cukup tinggi.

Setelah tsunami, banyak orang yang menghabiskan minggu sore mereka di sini, khususnya pekerja kemanusiaan yang datang ke Aceh pasca tsunami, yang tidak menemukan tempat jalan-jalan lain selain pantai di Aceh.

Belakangan, tempat jajanan mulai banyak di sini, terutama penjual kelapa muda.

Kuawali blog ini dengan cerita tentang Aceh... pantainya... derita tsunaminya dan cerita romantisnya...