Thursday, September 27, 2007

Meet Butet Manurung

Tau Butet Manurung kan? Perempuan yang keluar masuk hutan demi untuk mengajar suku-suku pedalaman yang berfikir bahwa pendidikan bisa membuat mereka menjadi meninggalkan budaya mereka. Menjadi orang lain. Si Butet ini, membuktikan kalau pendidikan akan membuat mereka lebih baik. Dan pendidikan tidak harus didapatkan dari sekolah formal, yang sudah terbukti menghasilkan orang-orang yang menjadi 'penghapal' bukan 'pelaku' ilmu.

Dia mengeluarkan bukunya pertengahan tahun yang lalu. Isinya sederhana, tentang pengalamannya selama keluar masuk hutan dalam bentuk buku harian. Tapi maknanya, terasa amat sangat dalam.

Buatku, yang terbiasa hidup enak, dilahirkan dalam keluarga yang sangat mengerti pendidikan, aku pribadi merasa pendidikan itu penting, dan sepanjang pengalamanku, aku tidak menemukan kesulitan belajar. Well, nilai jelek, lebih karena aku malas mengulang pelajaran yang aku terima, bukan karena daya tangkapku yang lemah.
Temenku, yang kebetulan kenal Kak Butet ini, mengajak kami ketemuan sama dia, semalam. Ketemuan Butet Manurung!! Dia memang ga seterkenal Jerry Yan, mungkin juga ga secantik Miss Universe, tapi... kekuatannya, kesederhanaannya, pemikirannya dan juga hal-hal yang dia lakukan, membuatku berfikir banyak semalam.

Orang terkenal, baik itu artis, politikus ataupun orang lain yang terkenal di bidangnya, biasanya sangat-sangat tau kalau dia menjadi pusat perhatian. Sangat-sangat berusaha masuk dalam kelompok di mana dia diundang.

Beda dengan Butet. Jauh sebelum dia mengatakannya, atau menguap ngantuk, aku dan temenku bisa merasakan kalau dia sedang tidak menikmati pembicaraan itu. Dan ketika akhirnya dia berkomentar, "Wah, saya tidak begitu memperhatikan masalah politis seperti itu Pak. Yang saya pikirkan bagaimana program ini bisa berjalan," aku dan Dian, temenku sepakat kalau dia sangat-sangat praktikal dan juga fokus. Dia tidak mau dipusingkan dengan hal-hal yang politis tapi tetap berpandangan pada tujuan yang dia mau capai.

Apa sebenarnya yang aku lakukan untuk hidup? Selain buat orang-orang yang aku sayang, untuk siapa sebenarnya aku hidup? Apa yang bisa aku lakukan untuk mengubah lingkungan sekitarku? Yang sebenarnya bisa lebih baik lagi?

"Untuk Evi, Kita sudah memilih suka dan duka kita sebelum kita mengalaminya. Jadi, kejarlah impianmu," tulisnya di buku Sokola Rimba yang kubeli beberapa minggu yang lalu.

Butet... membuatku berfikir tentang masa depanku lebih fokus lagi. Beberapa kata-katanya membuatku teringat pada kata-kata sang api minggu lalu. "Perubahan apa yang bisa kamu lakukan untuk dirimu dan orang lain kalau kamu hanya memberikan waktu satu tahun?"

Setidak-tidaknya dua orang itu membuatku berfikir panjang malam itu. Aku mungkin akan memperpanjang kontrakku di sini. Untuk perubahan yang aku inginkan, untuk diriku, untuk orang lain. Dan itu adalah mimpiku.

Api dan Butet... makasih banyak ya!

Tuesday, September 25, 2007

Another Romantic Story!!

Ulang tahun dirayakan dengan candle light dinner dengan orang yang disayang? Basi! Coklat dan mawar? Apalagi! Menyanyikan lagu romantis di bawah jendela sang pujaan? Katrok! Membawanya ke pantai lalu di bawah cahaya bintang membisikkan kata-kata sayang? Aaarrggh, everybody can do it! Itu semua romantis ala hollywood.

Berapa banyak orang yang mengalami kisah yang pernah saya ceritakan sebelumnya tentang romantis yang realistis, unik tapi juga sangat membekas? Kakek-nenek di warung tongseng, sepasang pemuda di sepeda ontel, coklat superman dan jambu klutuk?

Kemaren pagi, temen saya Tita mendapatkan hadiah yang amat sangat romantis. Buat kamu yang lahir sebelum tahun 90-an, pasti kenal sama yang namanya permen cicak, permen rokok, permen davos, permen payung, balon yang ditiup trus bisa di-cetak-cetokin, katapel plus permen karet yang rasa pepermint, yang putih kotak2 itu. Ah, ada lagi... kapal otok-otok yang bisa kamu isi dengan minyak tanah lalu ooottttooook ooootttooook ooootttooook dia akan berjalan di air. Keren banget kan? Itu kan semua kita lakukan, amat sangat akrab sama kita waktu kita masih kecil.

Bisa kamu bayangkan ketika kamu ulang tahun, semua benda itu nongol di kantormu? mengingatkanmu pada manisnya masa kecil? Membuatmu merasakan kembalinya manisnya persahabatan? Serunya kenakalan-kenakalan seperti mencuri buah-buahan tetangga, menangkap ikan di selokan kotor di dekat rumah? Mengingatkanmu kalo kamu punya temen masa kecil yang sampai sekarang masih care sama kamu?

Ah... isn't it romantic?

It is! Cowo itu memberikan kisah yang pasti tidak mungkin dilupakan. Di hari ulang tahun, membuat kita teringat masa kecil, tapi juga bersyukur masa kini untuk semua yang sudah kita alami.


Romantis... tidak harus berarti bunga, makan malam, cahaya bintang, deburan ombak, pun bisikan lembut. Tapi juga, mereka yang membuat kita merasa, betapa berartinya kita.
Bener kan? Tidak salah kalau aku bilang aku menyukai kisah romantis!

Tuesday, September 11, 2007

Kisah Romantis di Sekitar Kita

Aku menyukai, sangat sangat suka kisah cinta yang romantis. Aku selalu suka cerita Cinderella, Putri Tidur ataupun Romeo and Juliet. Tapi aku juga sadar kalo kisah kaya gitu ga eksis di dunia nyata tempat aku tinggal, jadi aku menurunkan standard, kisah romantis yang ada di dunia nyata.

Sabtu lalu, aku dan temenku makan di Warung Tongseng Ayam di Bantul. Buat yang suka makan, tempat ini, luar biasa enak tongseng ayam kampungnya, ada di selatan pasar bantul. Enak. Waktu makan siang, duduk di hadapan kami sepasang bapak ibu yang tua, kakek nenek tepatnya. Sepertinya tadi mereka datang dengan sepeda ontel tua yang sekarang berdiri di belakang mereka. Duduk bersebelahan, tidak cukup dekat, tapi terasa akrab. Makan dalam diam, menyendokkan setiap suapan dengan perlahan. Tanpa suara, tapi terasa hangat, sehangat kuah tongseng. Aku ga tahan. Kami mentraktir mereka diam-diam. Dari mobil, aku masih sempat melihat pedagang itu menggeleng-geleng, sepertinya mengatakan mereka ga perlu bayar.

Bukankah itu juga romantis...?

Ada banyak kisah romantis di sekitar kita. Tidak perlu ala cinderella, atau ala sinetron ataupun drama hollywood. Aku masih merasakan senyum yang masih menggantung bila mengingat temen sekamarku, kakak kelasku di Bogor, yang akhirnya menikah dengan kakak kelasnya, yang sudah 3 kali dia tolak. Yang mereka secara tidak sengaja, dipertemukan adik kelasku, kembali di kota mereka. Manis sekali.

Kemaren, pulang kantor, dari bis, aku melihat seorang pemuda membonceng cewe di sepedanya. Sepeda ontel. Di tengah-tengah seliweran mobil dan motor, mereka malah tertawa senang di atas sepeda tuanya. Si cewe meninting sepatu yang dia buka, dia nyeker di atas sepeda. Bercanda dan berbicara ramai di atas sepeda waktu lampu merah. Ah... cinta bisa membuat sepeda ontel serasa harley davidson. Si cowo serasa jalan di atas awan ketika mengayuh sepedanya. Rasanya menghangatkan hatiku yang kedinginan sore itu.

Aku jadi ingat, ada banyak kisah romantis lain di sekitarku, pun yang pernah kualami. Saat ini, aku mau mencoba mengingat dan mensyukuri hal manis yang pernah aku alami. Aku masih ingat, suatu waktu dulu, ketika aku pengen sekali makan jambu klutuk yang ga ada di sana. Dia bilang, "Nanti aku bawa dari rumah." Waktu dia kembali, dia membawakan, tidak satu biji, tidak sekilo, tapi sekardus penuh jambu klutuk!! Melewati lautan, memakan waktu belasan jam untuk terbang, hanya untuk jambu klutuk. Menyanyikan lagu nina bobo lewat telp ketika jam 3 pagi, aku masih juga tidak bisa tidur karena inso-ku yang parah. Dia bahkan tidak marah kubangunkan jam segitu. Membiarkan badannya remuk redam di bis menuju Medan, hanya supaya aku yang sedang demam dan muntah-muntah bisa tidur nyaman di kursi bis.

Ah... ada banyak kisah romantis di sekitar kita. Banyak sekali. Yang kita alami atau orang-orang terdekat kita. Aku masih mengingat temenku yang bercerita, orang yang sayang sama dia pernah mencarikan coklat superman (yang ngetop di tahun 80-an) sampe ke pedalaman.

Kisah-kisah itu sangat menyenangkan, menguatkan dan juga membuatku percaya kalau cinta itu masih ada, selalu ada... akan tetap ada.

Percayalah!

Wednesday, September 05, 2007

Sayap-Sayap Patah

Dears,

Sorry to say that this post has been moved to my private blog. Maap.