Tuesday, July 10, 2007

Kotak-kotak di sekitar kita

Once upon a time... hehehe, bukan, tahun lalu aku berlibur ke Toraja. Di salah satu gua yang dijadikan makam, ada kisah romantis kaya Romeo and Juliet. Konon katanya cinta mereka tidak direstui orangtua karena mereka berasal dari kelas sosial yang berbeda. Aku sendiri lupa, apakah mereka mati minum racun, atau sakit, yang pasti mereka dimakamkan di tempat yang sama.

Waktu itu dia ingin sekali kami foto bareng di tempat itu. Di depan sisa-sisa rangka dua sejoli itu. Mungkin dia tersentuh dengan cerita guidenya.


Siapa yang pernah menduga kalo akhirnya kami mengalami kasus yang sama? Atau mungkin waktu itu dia sudah menduga kalau suku menjadi masalah?

Malam-malam belakangan ini, ketika kuhabiskan semua stok air mata yang aku punya, aku mengingat kembali cerita pendek yang pernah kutulis waktu aku kuliah. Aku menceritakan dua orang yang akhirnya berpisah karena perbedaan-perbedaan mereka. Aku ga pernah menyangka kalau itu akhirnya akan aku alami sekarang. Aneh rasanya. Mengarang kan tidak sama dengan meramal. Kalau tahu begitu, semua cerpen yang pernah kukarang akan kubuat happy ending.

Hari ini aku belajar, cinta saja tidak cukup. Setidaknya di Indonesia. Di mana terlalu banyak kotak. Lihatlah temanku yang menunggu sekian tahun untuk mengatakan "I do" hanya karena agama, lihatlah temanku yang sampai kini masih terkatung-katung hanya karena marga-nya tidak seperti yang diharapkan calon mertuanya. Lihatlah romeo and juliet yang kuceritakan di atas, karena kelas sosial.

Semua saling mencintai. Tapi terhenti di tengah jalan.

Menyebalkan sekali kata-kata 'jodoh tidak akan ke mana'. Mungkin benar. Jodoh tidak akan ke mana. Tapi... keluarga-keluarga kedua atau salah satu pihak menghambat proses indah yang sudah dimulai. Sadarkah mereka kalau yang menjalani adalah anak-anak mereka? Sadarkah mereka, semua kotak yang mereka buat hanyalah ego mereka, harga diri mereka yang terlalu tinggi, mengganggap dirinya, golongannya jauh lebih baik dari orang lain? Superior?

Dan aku tidak pernah bermimpi kalau aku akan bermain dalam peranan kotak-kotak ini.

Cinta memang tidak harus memiliki, kata-kata klise yang aku benci. Tapi itu benar. Hanya... kenapa ada orang-orang yang tega membuat itu terjadi sih? Kenapa orang-orang mau berperan menghalangi mimpi-mimpi orang lain? Bukankah membuat orang bahagia itu amal?

Kotak-kotak itu menghalangi pandangan mata. Membuat orang tidak bisa melihat pemandangan indah di depan mereka.

Seandainya mereka menyadarinya...