Friday, October 10, 2008

Dodola, Kulit Terbakar dan Ubur-ubur

Selama empat hari tinggal di Dodola, bangun pagi yang pertama kami lakukan adalah langsung mengenakan pakaian renang, mengoleskan sunblock dan berjalan ke pantai. Kadang angin terlalu kencang dan terasa dingin, makan sarung pantai yang tadinya untuk gaya-gayaan sekarang untuk menutupi leher, biar ga batuk kata mama (halah!).

Meski sudah beberapa bulan tinggal di Maluku Utara, sering melihat ikan, masih aja aku berteriak setiap kali masuk ke air dan bertemu ikan. Ada banyak ikan yang serasa menemani kami berenang dan semuanya ada di buku Agi tentang ikan-ikan karang di lautan tropis. Jadi, setiap kali habis berenang, kami selalu memelototi bukunya dan sibuk menunjuk ikan yang mana saja yang ditemui. Mulai dari ikan kue, ikan strip-strip hitam kuning (ga ingat namanya) sampe lion fish. Pagi hari ketiga, aku bahkan menemukan bangkai anak penyu hijau di pantai. Sedih melihatnya. Sorenya kami bertanya ke Om Jony dan dia bilang, beberapa waktu yang lalu penyu sering bertelu di tempat itu. Dan banyak masyarakat sekitar datang lalu mengambil telurnya.

Bicara pelestarian hewan-hewan cantik dan terancam punah itu di sana membuat aku rada nyesek. Sambil memandang bintang yang sangat banyak dan sangat terang (mungkin karena tidak ada lampu di pondok) kami masih mendiskusikan penyu, kepiting kenari dan ikan pari. Rasanya mendiskusikan hewan-hewan yang terancam punah sangat kontras dengan manisnya malam. Apalagi ketika kami disuguhi ikan bakar yang manis dan nikmat. Seger dengan dabu-dabu. Sayur yang langka di pulau ini tiba-tiba ada di meja makan karena Om Jony baru belanja di Morotai. Sambil makan, aku jadi ingat, siang tadi beberapa kali kami mendengar bunyi bom. Ya, benar banyak nelayan masih menggunakan bom untuk menangkap ikan. Mudah-mudahan ikan yang sedang aku kunyah tidak ditangkap dengan bom. Tidak heran kalo selama berenang, disamping ikan yang cantik, kami juga masih melihat sisa-sisa karang bekas bom. Aku ingat beberapa bulan lalu waktu ke Pulau Maitara, semua karang sudah tidak tersisa. padahal kata Agi kunjungannya tahun lalu, karang dan ikannya masih banyak. Habis karena bom tentu saja. Indonesiaku... kapan alam indahnya bisa dipelihara?

Beberapa kecelakaan tetap saja terjadi. Dihari kedua, kulitku rasanya panas sekali. Meski sudah mengoleskan sun block sebelum keluar rumah ditambah mengoleskan krim lidah buayanya Agi setelah mandi sore, tetap saja panas sampai hari berikutnya. Terbakar... terkelupas dan belang di sana sini. Uuuh... hitam aja ga jadi masalah, secara temanku pernah bilang aku lebih seksi dengan kulit gelap (ehem), tapi aku paling ga tahan liat kulit yang terkelupas. Hiks. Anyway... kulit yang terkelupas sama sekali tidak mengurangi jatah mandi di laut. Teteuuuup.

Mas Imam berbaik hati mengantar kami ke pulau Koloray, pulau sebelah Dodola. Karang di sana... astaga... cantik!! Lautnya sangat-sangat dangkal, beberapa kali katiting menabrak karang. Akhirnya Mas Imam turun dan berjalan kaki sambil menuntun (? aku tidak menemukan kata yang tepat) katinting. Kami sibuk memandang ikan dan karang sambil membantu pak nelayan mencari kerang (yang nemu sudah pasti Agi).

Pengalaman terkena ubur-ubur baru pertama kali kualami. Tiba-tiba saja, ketika kami berenang di pulau dua (dua pulau sangat kecil yang berdekatan dalam perjalanan kembali ke Daruba-Morotai) aku merasa sengatan yang sangat banyak di sekitar tangan dan wajahku. Berkali-kali sampe berteriak panik. Lebih karena panik dan takut, akhirnya aku berenang ke tepi. Di darat, Agi langsung konfirmasi kalo tadi memang ubur-ubur. Banyak sekali. Huuuaaa... Setelah sakitnya agak berkurang, kembali berenang lagi yuuuuk.

Pertualangan berikutnya sama menariknya. Kami benar-benar bertemu ikan pari kecil di Pulau Dua. Seperti anak kecil kami lari-lari ke Om Jony... Oooom... tadi kita ngeliat ikan pari. Oh ya? katanya tenang, kok ga ditangkap? dia ngeledek. Yeeee...

Pertualangan manis akhirnya berakhir setelah empat hari di Dodola. Sehari setelah Lebaran Om Jony mengantar kami kembali ke Morotai. Hiks... kok sedih ya. Pertualangan ditutup manis dengan mampir ke Pulau Zum Zum, melihat gua McArthur lalu untuk pertama kali bertemu ular laut. Kyyyaaaa... aku langsung membatalkan niat berenang di pulau itu. No way!!

Panas matahari menemani kami mengitari pulau-pulau di sekitar dalam perjalanan pulang. Melewati Pulau Dua... mesin mati!! Selamat... sekeras apapun Om Jony mencoba tetap tidak bisa. Maka... MARI KITA MENDAYUNG sodara-sodara. Empat kilometer!! Tentu saja Om Jony yang mendayung lebih banyak, kita mah sibuk mendayung (pake fin wekekeke) sambil tetap sibuk memandang karang, ikan dan ubur2 yang berseliweran kaya konvoi. Such a nice trip. Seperti kata McArthur: I shall be back!!

Tuesday, October 07, 2008

Morotai dan Dodola

Yep! Bangun pagi setelah membeli perlengkapan perjalanan ke Dodola, Om Jony datang menjemput. Oh iya, aku kenalkan dulu ya si bapak satu ini. Dia Belanda-Ambon yang punya usaha di pembiakan rumput laut di Dodola. Kami akan tinggal di tempatnya semalam, karena harus kembali ke Tobelo untuk melihat upacara adat perkawinan. Om Jony meminta temannya menjemput kami di Daruba karena dia baru akan menyusul sorenya ke Dodola.

Kami naik katinting, perahu kecil dengan mesin sekitar 5PK dan paling banyak sanggup menampung 5 orang. Katinting di sini cukup aman, karena mempunya semacam 'sayap', bambu yang diikat di kiri dan kanan perahu untuk menjamin keseimbangannya. "Tolong bantu E untuk mengeluarkan air dari katinting ya Mbak," pesan beliau sebelum kami meninggalkan dermaga Daruba. Kadang-kadang, air masuk ke katinting, untuk mengurangi beban (dan biar ga karam), air harus diciduk keluar.

E mulai mengarahkan katinting ke arah barat. Beruntung aku duduk di depan, jadi aku bisa melihat bebas pulau-pulau yang kami lewati. Pulau pertama berpasir putih yang kami lewati, aku bisa melihat pantai yang tidak luas dan kapal tertambat di sana, selebihnya masih dipenuhi hutan bakau. Mudah-mudahan bukan Dodola, bisikku dalam hati. Ga seru aja berenang dekat hutan bakau. Aku sering membayangkan ular di sana. Kapal melewati pulau itu, syukurlah. Di tengah perjalanan banyak burung-burung yang terbang lalu hinggap di kayu-kayu yang mengapung. Kemudian kami mulai melihat lagi... lebih banyak burung, kali ini terbang rendah di laut dan sibuk mematuk sana sini. Pasti ada ikan, kata Agi. Pelan-pelan katinting menuju ke arah burung-burung itu. Benar saja. Cakalang!! Lompat-lompat keluar dari air. Cakalang. Bener-bener cakalang yang kemaren aku liat di Sofifi. Huuuuiiiiih... aduuuh penyakit anak gunung yang liat laut ya begini neh.

Melewati dua pulau kecil... aku bertanya pada E, apa nama pulaunya. Pulau dua katanya. Trus... di mana pulau Dodola itu? Masih belum keliatan katanya tersenyum. Mungkin dalam hati dia mikir, nih orang bertiga, udah tiap liat ikan teriak-teriak... liat burung ribut... apalagi liat karang... bawaannya pengen nyebur semua. Mungkin dia mikir kita orang aneh. Ga heran.

Melewati pulau dua... rasanya lautan itu dengan sengaja ditaburi karang-karang yang berwarna-warni. Terumbu karang. Karena katinting melaju, kami tidak bisa melihat ikan, tetapi bisa dipastikan karangnya cantik. Aku melihat Agi dengan mupeng pengen langsung nyebur. Pulau berikutnya yang kami lewati... cantik luar biasa. Kapal-kapal kecil yang dipantai dicat putih contras dengan pepohonan hijau. Itu pulau Koloray... kata E. Hmmm... aku ga akan lupa, seperti kudoray. Tadinya aku berharap itu pulau Dodola. Soalnya cantik sih.

E kemudian menunjuk pulau Dodola di sebelahnya. Wah... not bad pikirku. Gi... ada pulau di sampingnya, kayanya ga terlalu jauh. Besok kita bisa berenang dari Dodola ke pulau itu kataku. Itu namanya Dodola Besar, kata E lagi. Oh ok. Namun ketika katinting mendekati pulau itu... aku bisa melihat pasir putih yang menghubungkan kedua pulau. Gubrak!! Tidak perlu berenang. Jalan ajah. Sekeliling pulau terhampar pasir putih... penghubung kedua pulau, juga pasir putih. Bisa kupastikan kalo pasang naik, kedua pulau akan terpisah... still masih bisa jalan kaki. We-e-e-e... pulau Dodola emang cantik.

Kapal merapat ke pantai. Kami masuk dan melihat pondok di dalamnya. Ada tiga pondok, dua tempat istirahat dan menjemur jaring ikan, pondok di belakang untuk tempat makan. Ehem... kenapa aku merasa bakal betah di sini ya... hehehe. Begitu meletakkan barang-barang dan istirahat, kami langsung berganti pakaian dan berenaaaaaang... huehehehe... Akhirnya tercapai keinginan berjalan menyusuri pantai dari Dodola kecil ke Dodola besar. Aku tidak sanggup menahan teriakanku setiap kali aku melihat ikan di laut.

Rasanya kami berenang selama berjam-jam, tapi masih saja belum puas. Berenangnya sih ga cape... jalan dari dodola besar ke kecil bolak balik itu yang bikin cape. Menjelang sore, kami kembali ke pondok. Si Mas sudah menyiapkan air di ember untuk kami mandi. Dia harus mengambil air tawar di dodola besar, jauh dari pondok, dengan menggunakan katinting. Aku dan Agi berhasil mandi seember berdua, keramas dan mencuci pakaian renang. Boleh ga percaya, tapi kami punya teknik menghemat air yang bahkan shower pun tidak sanggup mengimbanginya.

Menikmati senja di katinting dan sampan kecil di samping pondok. Buku Eat Pray Love-nya Liz Gilbert kok terasa pas dalam suasana begini. Sekali-kali aku memainkan kakiku di pasir yang putih dan lembut. Rasanya tenaaaaang banget. Eh lupa bilang, di pulau ini, cuma ada kami dan 3 orang yang tinggal di pondok. Tidak ada orang lain. Koloray, desa terdekat berpenduduk cukup banyak, sekitar 100-an orang katanya. Aku mencoba mengingat-ingat, apa yang hilang dari tempat ini ya? Oh iya... ga ada deru motor yang ngebut-ngebut di tengah jalan, ga ada teriakan-terikan nonton bola di pangkalan ojek dan ga ada suara-suara lagu India dari tetangga kosku. Suatu kehilangan yang membahagiakan.

Monday, October 06, 2008

Serial Liburan - Menuju Morotai

Apa yang akan aku lakukan liburan lebaran ini di Maluku Utara? Pulang, jelas sangat mahal, lagipula November kontrak akan selesai, so masa pulang terus dalam waktu 2 bulan? Ke Manado? Icie sedang ada di Bogor, jadi tidak mungkin. Makasar? Uuuuh... ga d, masa nungguin Ime jaga di rumah sakit? So, ketika Agi bilang dia mau liburan di Morotai... langsung aku jawab: count me in, Gi!!

Mencari info tentang Morotai susahnya setengah mati. Cuma dapat sedikit. Plus, temen-teman kantor pada bilang 'ga bagus', 'sia-sia' dan semua kata-kata discouraging lainnya. Satu-satunya yang cukup netral cuma dari seorang teman yang menyebut dirinya putra kolano cico, dia bilang 'panas, tapi pulau-pulau di sekitarnya cantik' dia juga bilang 'banyak peninggalan PD II di sana' dia bahkan berbaik hati menggambar dan mencari info penginapan di sana. Thanks ya Pak!!

Berangkat pagi-pagi jam 6 menuju pelabuhan Kota Baru dengan ojek dari kos2an naik speed boat menuju Sofifi-Halmahera. "Yang lima puluh yang lima puluh, dua orang lagi berangkat," begitu kira-kira abang boatnya teriak di pagi yang sudah ada mataharinya hehe. Maka kami berdua langsung naik dan duduk manis dengan bagpack dan tentu saja: life jacket! (maaf harus mengikuti safety prosedure kantor... yeee).

Di tengah jalan, eh bukan di tengah laut, tiba-tiba, Nia temenku terkesiap, cukup kaget dan mengagetkan semua penumpang lain. Ada apa? tanyaku. Hmmm... ga yakin hiu atau lumba-lumba, katanya, sebelah sana. Aku melihat: itu ombaaaaak buuu. Jadi ingat pengalamanku beberapa bulan lalu di Sulamadaha, salah menerjemahkan si lumba-lumba dengan hiu. Kami memandang lama ke arah itu, astagaaa, bener aja. LUMBA-LUMBA sodara-sodara. Buanyak. Melompat riang berkali-kali seakan mengikuti boat kami. Edaaaaan... beberapa bulan tinggal di Ternate, memutari Sulamadaha dan pulau2 lain, aku tidak pernah bertemu mereka. Kali ini... mereka berkali-kali melompat. Well, that's a good sign for our vacation, kataku dalam hati.

Tiba di Sofifi, abang-abang pemilik kendaraan yang akan mengangkut kami ke Tobelo sudah menunggu dan dengan sigap mengangkut barang-barang kami ke mobilnya. Masalahnya, sama saja, karena kami tetap harus menunggu kendaraan penuh. Sambil menunggu aku sempat mengamati para pedagang di dekat pelabuhan. Ikan-ikan kecil sampe besar dipajang, aku yakin masih sangat segar. Seorang ibu sibuk memotong ikan tongkol yang buesar menjadi potongan-potongan kecil. Pasti pisaunya tajam sekali. Aku melihat ikan-ikan teri yang lumayan besar, lalu teringat dulu di Aceh, ibunya temanku pernah memasak ikan itu dengan digoreng tepung. Liurku menitik. Pasti enak. Akhirnya mobil berangkat juga ke Tobelo. Butuh waktu 4 jam di jalan, termasuk istirahat sebentar di Malifut. Seratus ribu kurang sepuluh ribu rasanya cukup masuk akal, karena kenyamanan dan keramahan bang supir. Kapal ke morotai akan berangkat sore nanti, kata Agi yang sudah tiba lebih dulu di Tobelo. Hmmm... kita bisa istirahat di rumah Tini. Tebak hidangan makan siang apa yang dihidangkannya? Di samping sup kepala ikan yang segar, dia juga menghidangkan ikan teri goreng tepung. Olala... impian jadi kenyataan. Tidur-tiduran bentar, sorenya Tini udah manggil lagi... dia nyonya rumah yang luar biasa. Minum teh sore, katanya. Tentu saja kami tak dapat menolah makan pisang mulut bebek dengan sambel, kacang... astaga... kenapa ga bisa berenti ngunyah siiiy?

Jam 6 sore kapal berangkat ke Morotai. Naluri staff Disaster Risk Reduction kita langsung bunyi pas liat Tsunami Early Warning System yang ada di pelabuhan... eh... ada TEWS kita menunjukkan dan mencoba mencari peralatan pengukur pasangnya. Menarik... menarik...

Dua kali kapal berhenti di tengah laut. Penasaran aku dan temenku melihat apa yang membuatnya berhenti. Ternyata... ada calon penumpang yang menyusul dengan speed. Jadi ingat bis kota hehehe. Jam sembilan malam, setelah mengalami mabok laut (ombak rada kencang, bau bensin dan juga panas mesin di sekitar tempat duduk) akhirnya kami tiba di Morotai. Om Jony, yang akan menemani perjalanan kami mengantarkan kami ke penginapan yang ehem... panas... banyak nyamuk dan juga kamar mandi rombongan. Well, it could be worst anyway... nikmati saja, bukankah si lumba-lumba udah mencerahkan pagi ini? So.. abis mandi dan makan malam di warung seafood dekat penginapan, kami tidur. Perjalanan seru ke Dodola akan di mulai besok. Get ready!!