Tuesday, March 25, 2014

Takengon: the famous (and mysterious) Gayo Coffee

Pertama kali ke Takengon itu dua tahun lalu. Kesan pertama? Ya ampuuun jauh banget yak! Karena ga ada pesawat dari Medan, jadilah kami naik mobil ke sana. Ga tanggung-tanggung 12 jam lebih! Kali berikutnya, jadi mulai terbiasa, setelah itu, jadi lebih tau banyak trik-trik apa yang harus dilakukan biar ga bosan di jalan hahaha.

Perjalanan biasanya diawali dari Medan jam 5 ke7 pagi, tergantung janjian dari kantor jam berapa. Kalo berangkat jam 7, bisa makan siang di Langsa. Biasanya kita nyampe Langsa jam 12-an. Di sana ada ayam tangkap yang enak, tepat di seberang masjid Langsa. Selanjutnya menuju Lhokseumawe, kadang kita berhenti untuk istirahat ngopi atau sekedar meluruskan kaki. Dari Lhokseumawe ini yang perjuangan banget. Masih ada 4 jam perjalanan tanpa ada sesuatu untuk disinggahi. Ga ada warung kopi asik, ada ada tepi sungai, bahkan, kalo udah lewat Juli, ga ada toilet untuk pipis! Jadi, pom bensin terakhir lewat Lhokseumawe selesaikanlah segala utang piutang, kalo ga, there is no such gas station anymore, grass station mah banyak hahahaha.

Oh, ada lagi yang menarik di dalam perjalanan: durian sodara-sodara! Hahahaha, kalo lagi musim, kita bisa liat dia bergelantung manja di poonnya. Serius, buanyak. Nah, kalo lagi musim, pondok-pondok durian bisa dijadikan altenatif membunuh kebosanan dalam perjalanan. Aku sih biasanya menolak ya, karena malah bikin ga nyaman perjalanan. Bayangin aja kita burping sepanjang jalan, mobil ac aroma durian hahaha.

Perjalanan pulang biasanya lebih asik. Selain karena yaaaa, namanya juga pulang, juga karena banyak tempat yang bisa disinggahi buat beli oleh2 hahaha. tapi ya sekali lagi itu semua setelah masuk Lhokseumawe ya. Bisa singgah beli Nagasari. Percaya atau engga, ini oleh-oleh wajib buat kantor. Lalu ada semua kripik dan pisang sale. Trus mampir di Langsa cuma buat makan sate dan martabak, percaya atau tidak lagi, satu orang bisa menghabiskan dua porsi sate dan satu porsi martabak.

Cerita tentang Takengon, Aceh Tengah dan Bener Meriah, tetangganya bisa dilihat banyak di web. Kedua kabupaten ini adalah penghasil kopi Gayo terbanyak, menyusul kabupaten Gayo Lues. Kopi Gayo adalah satu satu specialty coffee dari Indonesia yang terkenal luas di dunia. Pertama kali ke Gayo, aku cuma minum kopi karena emang suka kopi. Kali berikutnya, mulai penasaran kenapa kopi dari Gayo ini sangat terkenal ya? Kali berikutnya, mau ga mau karena berkecimpung di proyek kopi, jadi belajar banyak tentang kopi dong ya. Setelah beberapa kali minum kopi Gayo, akhirnya terjadi pergeseran selera, kopi-krimer-gula menjadi kopi-gula saja. Di beberapa tempat (yang kopinya menurutku uenaaaak) aku bahkan serasa menjadi peminum kopi betulan, hanya kopi saja. Tok!

Apa yang menarik tentang Takengon? Duingiiin. Berada di ketinggian 1000dpl, banyak orang menyebutkan Takengon sebagai negeri di awan hahahaha, agak lebay sih sebenarnya, tapi mengingat kabut dan dingin, masuk akal juga kalo disebut begitu ya.

Kayanya kota ini termasuk kota yang secara significant berkembang. Bisa dilihat dari restoran dan hotelnya hehehe. Tahun 2011, hanya ada tiga hotel yang cukup representative dan cuma ada dua restoran, yang satu lebih sering tutup daripada buka. Yaaaa, ada sih restoran lain, padang, aceh dan yang biasa kita temui di kota-kota di Indonesia pada umumnya. Maksudku restoran yang kita, para pendatang cukup familiar dengan rasanya. Jadi dulu, kalo harus travel seminggu ke sana, yang ada mati gaya urusan makan. Sekarang, lumayan. Selain masakan jawa kaya penyetan yang enak, ada restoran dengan pizza (meski harus pesan sehari sebelumnya kalo mau pizza), sate dan soto, jadi Takengon sekarang jauh lebih menyenangkaaaaan (pujian dari orang yang suka makan hahaha).

Sekarang, setelah hampir dua tahun berkecimpung di proyek yang berurusan dengan kopi, aku masih saja belum mengerti bagaimana mereka melakukan cupping. Cupping itu semacam uji kopi. Mereka akan meroasting dan menyeduh kopi di mangkuk2, lalu kita melakukan cupping. Ooooh, they don't even speak English! Apa sih artinya: earthly taste, have some watermelon taste, smoky dll itu? Please, are you guys talk in English? If yes, why I don't understand what that suppose to mean? Nyeraaaah, nyerah. Makanya kemaren aku ngerayu boss buat ikut pelatihan! Boss please dong...



Monday, March 24, 2014

Medan, when love and hate collide

Tanyakan aku tentang Medan, ketika pertama kali aku tinggal di sini, maka aku akan menjawab: benci tingkat dewa!Tanyakan aku sekarang tentang Medan, maka aku akan menjawab: I can manage. Jadi ingat lagu, when love and hate collide...

Pindah dari Jogja ke Ternate lalu ke Medan membuat jantungku berpacu tiap pagi. Betapa tidak, lalu lintas yang semrawut seakan menjadi ciri khas, tiada duanya tak pernah mati di Medan. Traffic light ga ada gunanya, karena semua berarti 'jalan', hijau berarti jalan, kuning, siap-siap berhenti (artinya tetap jalan), merah juga dipandang sebagai jalan. Jadiiii... memacu jantung setiap pagi menjelang kantor jadi santapan harianku.

Klakson, oh ini cuma saingan sama India hahaha. Kalo di India, setiap truk ada tulisannya: blow horn, atau horn, please. Artinya, silakan klakson, terutama kalo mau mendahului. Kalo di Medan? Hahahaha, klakson aja trus choooi. Lampu merah berubah hijau, udah deh tuh, semua pada klakson. Plis d, kaya orang yang di depan sana kaga liat hijau atau kaya ga mau jalan aja. Driver kantor paling sering aku omelin (makan hati kali dia kalo jalan sama aku): apa sih gunanya klakson2 kalo lagi lampu merah ke hijau? Emang semua kendaraan di depan langsung terbang apa? *ngomel* Belum lagi kalo udah macet, ya ampuuun, siap-siap d telinga penuh. Klakson di mana-mana? Oh goood, ngaruh ya kalo klakson? Bener-bener ga masuk akal.

Aku menulis blog ini setelah tinggal 5 tahun di Medan. Tadinya aku menulis 10 things I hate about Medan. Nah, setelah 5 tahun, ga nyampe ternyata 10 yak hahahaha. Sekarang apa yang aku sukai tentang Medan?

My families! Oh God, I don't know I should I do without them! Seriously! Terutama sejak aku punya anak. Keluargaku: mom, laws adalah orang-orang yang aku andalkan untuk menjaga anakku. Kalau aku keluar kota lama, dan anakku masih bayi: impor mama dari Siantar. Kalo tiba-tiba pengasuh ga ada: telp ipar yang dekat rumah untuk jaga anak. Ketika si sulung udah gede, aku harus ke luar kota, ajak pengasuh tinggal di rumah ditemani sepupuku. God, I'm so rich!

Food hahaha, lots lots lots of food. Mulai dari masakan karo, jawa, cina, melayu, padang, semua ada di sini. Satu-satunya yang aku kangeni hanyalah masakan Manado. Ada sih resto Manado di sini, tapi rasanya, serius d, mending aku yang masak hahaha.

Ada banyak lagi soalnya, tapi biar imbang jumlahnya dengan hates ya.