Akhir tahun kemaren, Abangku mengundangku datang ke Palembang. Dengan semangat empat lima, tentu saja aku mau, aku belum pernah ke sana sebelumnya. Lagipula, akhir kontrakmemang kurencanakan untuk jalan-jalan. Aku sudah membayangkan akan banyak tempat unik yang dapat kukunjungi di sana. Palembang kan bekas ibukota kerajaan Sriwijaya. Bakal seru!!
Tak dinyana tak diduga, yang mengundang ternyata sama sekali ga punya info apapun tentang Palembang. Gubrak!! Salah satu kelemahan orang yang tinggal di satu kota ketika berstatus mahasiswa, kemungkinan besar mereka tidak tahu apapun tentang kota itu. Mahasiswa gitu, biasanya dananya terbatas untuk jalan-jalan. Aku mencoba menjembatani krisis informasi itu dengan bertanya ke Mas Google. Lha, Mas Google juga ga ngatri. Aku bertanya ke Om Jalansutra... sama juga minusnya. Ke Bibi Wiki... halah... juga ikut-ikutan.
Pait, pait, pait. Cuma ada info jembatan Ampera yang terkenal itu. That's it.
Akhirnya setelah puas bengong di tepi sungai Musi yang terkenal itu, kami pun pergi nonton. Aku sampe lupa, apa nama mall tempat kami mau nonton, yang pasti semua film Indonesia. Ohmigot. SEMUA. Wisatawan domestik kita yang satu inipun kembali kecewa.
Anyway... tidak semua mengecewakan, karena di Palembang, gudangnya makanan enak. Pempek, tentu saja.
Mulai dari Pempek Pak Raden, Pempek bakar, pempek noni sampe pempek yang di mall aku coba. Semuanya ennnyyyaaaak. Favoritku, pempek Nonie. Thanks to Mas Say.
Oh iya, di Jalansutra, mereka cerita tentang Mie Celor. Abangku tersayang ini, ga tau tempat yang disuggest di JS. Dan aku terlalu males untuk bertanya. Jadi kami makan mie cel
or apa aja yang ada di pinggir jalan waktu itu. Eh?! Kok enaaaak?? Gimana dengan mie celor favorit orang-orang Palembang yang ditulis di JS?
Mie celor itu mirip-mirip lo mie sebenarnya, hanya ada aroma udang dan sarat dengan bumbu oriental. Halah... pendeskripsianku yang nyontek JS sudah gagal. Intinya, mie celor itu enak. Titik.
Mie kedua, hmmmm... kwetiaw babi yang ada di dekat-dekat hotel.
Mirip-mirip kwetiaw yang ada di Penang, berwarna coklat tua, juicy tapi tetap gurih. Biar dikata mie goreng, tapi dia rada nyemek tanpa terlihat minyak bekas menumis. Tiga hari di Palembang, aku dua kali makan di tempat ini.
Aku berencana mengunjungi Palembang lagi, lebih tepatnya Sumatera Selatan. Karena memang di kota Palembang tidak ada tempat menarik. Tapi di provinsi itu ada banyak situs-situs sejarah peninggalan Sriwijaya.
Ada yang berminat ikut?