Tau Butet Manurung kan? Perempuan yang keluar masuk hutan demi untuk mengajar suku-suku pedalaman yang berfikir bahwa pendidikan bisa membuat mereka menjadi meninggalkan budaya mereka. Menjadi orang lain. Si Butet ini, membuktikan kalau pendidikan akan membuat mereka lebih baik. Dan pendidikan tidak harus didapatkan dari sekolah formal, yang sudah terbukti menghasilkan orang-orang yang menjadi 'penghapal' bukan 'pelaku' ilmu.
Dia mengeluarkan bukunya pertengahan tahun yang lalu. Isinya sederhana, tentang pengalamannya selama keluar masuk hutan dalam bentuk buku harian. Tapi maknanya, terasa amat sangat dalam.
Buatku, yang terbiasa hidup enak, dilahirkan dalam keluarga yang sangat mengerti pendidikan, aku pribadi merasa pendidikan itu penting, dan sepanjang pengalamanku, aku tidak menemukan kesulitan belajar. Well, nilai jelek, lebih karena aku malas mengulang pelajaran yang aku terima, bukan karena daya tangkapku yang lemah.
Temenku, yang kebetulan kenal Kak Butet ini, mengajak kami ketemuan sama dia, semalam. Ketemuan Butet Manurung!! Dia memang ga seterkenal Jerry Yan, mungkin juga ga secantik Miss Universe, tapi... kekuatannya, kesederhanaannya, pemikirannya dan juga hal-hal yang dia lakukan, membuatku berfikir banyak semalam.
Orang terkenal, baik itu artis, politikus ataupun orang lain yang terkenal di bidangnya, biasanya sangat-sangat tau kalau dia menjadi pusat perhatian. Sangat-sangat berusaha masuk dalam kelompok di mana dia diundang.
Beda dengan Butet. Jauh sebelum dia mengatakannya, atau menguap ngantuk, aku dan temenku bisa merasakan kalau dia sedang tidak menikmati pembicaraan itu. Dan ketika akhirnya dia berkomentar, "Wah, saya tidak begitu memperhatikan masalah politis seperti itu Pak. Yang saya pikirkan bagaimana program ini bisa berjalan," aku dan Dian, temenku sepakat kalau dia sangat-sangat praktikal dan juga fokus. Dia tidak mau dipusingkan dengan hal-hal yang politis tapi tetap berpandangan pada tujuan yang dia mau capai.
Apa sebenarnya yang aku lakukan untuk hidup? Selain buat orang-orang yang aku sayang, untuk siapa sebenarnya aku hidup? Apa yang bisa aku lakukan untuk mengubah lingkungan sekitarku? Yang sebenarnya bisa lebih baik lagi?
"Untuk Evi, Kita sudah memilih suka dan duka kita sebelum kita mengalaminya. Jadi, kejarlah impianmu," tulisnya di buku Sokola Rimba yang kubeli beberapa minggu yang lalu.
Butet... membuatku berfikir tentang masa depanku lebih fokus lagi. Beberapa kata-katanya membuatku teringat pada kata-kata sang api minggu lalu. "Perubahan apa yang bisa kamu lakukan untuk dirimu dan orang lain kalau kamu hanya memberikan waktu satu tahun?"
Setidak-tidaknya dua orang itu membuatku berfikir panjang malam itu. Aku mungkin akan memperpanjang kontrakku di sini. Untuk perubahan yang aku inginkan, untuk diriku, untuk orang lain. Dan itu adalah mimpiku.
Api dan Butet... makasih banyak ya!
Dia mengeluarkan bukunya pertengahan tahun yang lalu. Isinya sederhana, tentang pengalamannya selama keluar masuk hutan dalam bentuk buku harian. Tapi maknanya, terasa amat sangat dalam.
Buatku, yang terbiasa hidup enak, dilahirkan dalam keluarga yang sangat mengerti pendidikan, aku pribadi merasa pendidikan itu penting, dan sepanjang pengalamanku, aku tidak menemukan kesulitan belajar. Well, nilai jelek, lebih karena aku malas mengulang pelajaran yang aku terima, bukan karena daya tangkapku yang lemah.
Temenku, yang kebetulan kenal Kak Butet ini, mengajak kami ketemuan sama dia, semalam. Ketemuan Butet Manurung!! Dia memang ga seterkenal Jerry Yan, mungkin juga ga secantik Miss Universe, tapi... kekuatannya, kesederhanaannya, pemikirannya dan juga hal-hal yang dia lakukan, membuatku berfikir banyak semalam.
Orang terkenal, baik itu artis, politikus ataupun orang lain yang terkenal di bidangnya, biasanya sangat-sangat tau kalau dia menjadi pusat perhatian. Sangat-sangat berusaha masuk dalam kelompok di mana dia diundang.
Beda dengan Butet. Jauh sebelum dia mengatakannya, atau menguap ngantuk, aku dan temenku bisa merasakan kalau dia sedang tidak menikmati pembicaraan itu. Dan ketika akhirnya dia berkomentar, "Wah, saya tidak begitu memperhatikan masalah politis seperti itu Pak. Yang saya pikirkan bagaimana program ini bisa berjalan," aku dan Dian, temenku sepakat kalau dia sangat-sangat praktikal dan juga fokus. Dia tidak mau dipusingkan dengan hal-hal yang politis tapi tetap berpandangan pada tujuan yang dia mau capai.
Apa sebenarnya yang aku lakukan untuk hidup? Selain buat orang-orang yang aku sayang, untuk siapa sebenarnya aku hidup? Apa yang bisa aku lakukan untuk mengubah lingkungan sekitarku? Yang sebenarnya bisa lebih baik lagi?
"Untuk Evi, Kita sudah memilih suka dan duka kita sebelum kita mengalaminya. Jadi, kejarlah impianmu," tulisnya di buku Sokola Rimba yang kubeli beberapa minggu yang lalu.
Butet... membuatku berfikir tentang masa depanku lebih fokus lagi. Beberapa kata-katanya membuatku teringat pada kata-kata sang api minggu lalu. "Perubahan apa yang bisa kamu lakukan untuk dirimu dan orang lain kalau kamu hanya memberikan waktu satu tahun?"
Setidak-tidaknya dua orang itu membuatku berfikir panjang malam itu. Aku mungkin akan memperpanjang kontrakku di sini. Untuk perubahan yang aku inginkan, untuk diriku, untuk orang lain. Dan itu adalah mimpiku.
Api dan Butet... makasih banyak ya!