Ada banyak benteng di Ternate, sisa-sisa kolonialis baik Portugis maupun Belanda. Salah satunya benteng Toloko atau benteng Tolukko. Dibangun tahun 1512 oleh Governor Jeneral Fransisco Serral dari Portugis. Tahun berdirinya benteng ini sendiri banyak referensi memberikan tahun yang berbeda, tapi kita pake data lonely planet aja ya, didirikan tahun 1512 dan direnovasi oleh Belanda tahun 1610.
Dari luar, sekilas benteng ini terlihat kecil, waktu pertama aku datang, Tolukko tidak seperti benteng yang selama ini aku liat di film atau seperti benteng yang didirikan prior Philip dan Richard dalam novelnya Ken Follet, The Pillar of the Earth. Apalagi, renovasi yang dilakukan baru-baru ini membuat si benteng kehilangan 'keangkuhan' dan 'kekuatannya'. Bagaimana tidak, dari luar, aku melihatnya seperti taman bunga. Lebih cenderung cantik, dibanding gagah. Tanaman-tanaman bunga dan jalan setapak yang disemen. Cantik banget d pokoknya. Di samping gerbang masuk benteng, ada ruangan kecil, tempat informasi benteng ditempelkan. Jangan berharap seperti di Jogja, di mana setiap kali kita mengunjungi tempat sejarah selalu ada guide yang 'membuai' kita dengan cerita dibalik tempat itu. Di sini, cukup baca informasi yang banyak, yang begitu keluar pintu dijamin lupa hehehe.
Kesan sangarnya baru keliahatan kalo kita udah masuk ke dalam. Banyak ruangan-ruangan yang kalo dipikir-pikir jadi mirip labirin, karena ada ruangan di balik ruangan, lorong di balik lorong. Masuk ke dalam benteng, kita akan bertemu lorong panjang, tangga yang tidak terlalu curam, tapi rada seram karena ga ada pembatas tangga, so kalo jatuh, ya langsung ke bawah. Aku mencoba membayangkan orang-orang dulu, bagaimana cara mereka lari ke sana ke mari dengan cepat tanpa harus terjatuh. Agak turun ke bawah, ada ruangan kecil, bahkan untukku, aku masih harus menunduk untuk masuk. Tempat apa ini? tanyaku. Mungkin tempat penyiksaan, kata temanku. Heeee??? Sejak kapan di benteng ada tempat penyiksaan? Bukannya harusnya itu tempat bertahan? Lagipula, kalau aku jadi prajurit, akan sangat sulit menyiksa orang di ruangan sekecil dan serendah itu. Ga masuk akal. Later, ketika aku kembali ke kantor, temanku bilang itu tempat penyimpanan senjata. Okay... it is much much reasonable.
Naik ke atas, aku dengan bebas bisa memandang pulau Tidore, puluhan rumah di seputaran Dufa-Dufa, swering dan tentu saja... Gamalama. Siang itu dia rada sombong, terlalu banyak kabut. Tapi, aku jadi mengerti kenapa benteng dibangun di sini. Kamu bisa melihat hampir sekeliling Ternate dan juga Tidore dari sini. Aku membayangkan Potugis dan Belanda bisa dengan cepat melihat bila ada serangan. Atau... aku bisa membayangkan seorang putri bisa cepat melihat ketika sang pangeran sudah kembali. Halah!! Norak!!
Anyway... terlepas dari bagian luar yang terlalu manis, duduk di tempat ini membuat kamu bisa melihat semuanya. Merasa sangat tinggi (hihihihi) dan juga sangat kecil... karena kamu bisa melihat banyak tempat tentu saja. Seandainya ada seseorang yang bisa bercerita banyak kisah-kisah menarik seputar benteng itu...
No comments:
Post a Comment